Wanita Indonesia yang Ideal adalah wanita yang dapat
menghargai budaya, dan menerapkan nilai-nilai budaya, kemudian mewariskannya
kepada generasi yang berikut. ”Nah, karena saya bergerak di bidang seni yang banyak
berhubungan dengan pelestarian heritage
yaitu tekstil maka digunakan dalam fashion
saya. Saya sangat menjunjung tinggi warisan budaya.”
Kekayaan budaya di Indonesia merupakan kebanggaan
tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain. Oleh sebab itu Ghea sangat
setuju untuk tetap mempertahankan dan memperkenalkan bentuk-bentuk budaya.
”Tugas kita untuk tetap melesetarikannya, dengan kekayaan budaya yang kita
miliki, wanita Indonesia mempunya kepribadian yang kuat dan mandiri, so be your self.”
Ghea S. Panggabean mengakui adanya perubahan besar
terhadap peran wanita di Indonesia. Dulu, wanita itu sepertinya dianggap
sebagai sosok yang harus berada di rumah mengurus keluarga, mengurus suami, dan
mengurus rumah tangga saja. Jadi membayangkan wanita itu untuk bekerja dan
memunyai karir sendiri mungkin masih jauh dipikiran.” Fenomena ini menurut
wanita kelahiran Rotterdam, di negara-negara Eropa sudah tidak ada lagi.
”Latar
belakang budaya dan kebiasaan seringkali menghambat wanita di Indonesia untuk
mengikuti perkembangan selaras dengan modernisasi. Perubahan yang harus
terjadi, menurut Ghea, ketika pendidikan dan ilmu pengetahuan dipakai sebagai
kekuatan maka perubahan itu akan terwujud dengan baik, seperti pepatah yang
mengatakan, Kuat biduk karena pendayung.
Sekarang ini sudah jauh sekali berkembang. Tengok saja
begitu banyak wanita karir yang memiliki prestasi bagus. Kita pernah memiliki seorang
presiden wanita, menteri wanita. Hal seperti ini tidak bisa dibayangkan
sebelumnya.
Bagi Ghea yang gemar bekerja dan mengurus rumah tangga
ini, wanita harus pandai menemukan keseimbangan-keseimbangan dan memilah dengan
baik diantara tuntutan keluarga dan karir. ”I
have to try to make a balance, of course I love my career, tetapi bukan
berarti career minded, saya creativity minded. Saya punya kepuasan
kalau akhirnya bisa mewujudkan imajinasi.”
”Life is how
you make it or how you break it, so if I choose already to be a married woman
its up to me how I want to try to balance, it’s not easy because I have to divide the time."
Kalau orang yang tidak punya karir di luar rumah tangga,
tentu dia bisa lebih leluasa dan santai di rumah. Karena itu sebagai wanita
perlu menyadari bagaimana menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk sisi
spiritual. Patut diingat kalau kita perlu juga menyediakan waktu untuk
merenung, what is good for us.
Makanya saya juga mengatur waktu untuk berdoa, it is a part of my daily life. Apapun kendala atau hambatan yang
kita alami dalam mewujudkan keseimbangan itu, tetaplah berusaha to make a balance. No bodies perfect.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar